Model-Model
Penelitian Komunikasi
Dalam
penelitian, peta adalah model. Model memperjelas apa yang akan diteliti,
mengidentifikasi variabel-variabel, dan menunjukkan kemungkinan hubungan di
antara variabel-variabel tersebut (Rakhmat 2012, h. 59). Kekaburan masalah
penelitian, ketidakjelasan tujuan penelitian, bahkan ketidakjelasan masalah
yang diteliti, bermula dari tidak adanya model.
Definisi
dari model adalah tiruan gejala yang akan diteliti; model menggambarkan
hubungan di antara variabel-variabel atau sifat-sifat atau komponen komponen
gejala tersebut (Rakhmat 2012, h. 60). Tujuan utama dari model ialah untuk
memudahkan pemikiran yang sistematis dan logis. Sesuai dengan ciri-ciri dari
penelitian komunikasi kuantitatif bahwa ‘alat ukur terpisah dari peneliti’ ini
yang melatar belakangi bahwa harus adanya alat ukur yang objektif agar batasan
konsep tersusun secara sistematik dan terstuktur.
Burch
dan Stranger menyebutkan keuntungan dan kerugian model (Rakhmat 2012, h. 60) :
Keuntungan
1.
model
memberikan informasi yang berorientasi pada tindakan
2.
model
menyajikan informasi yang berorientasi ke masa depan
3.
model
menunjukkan alternatif arah tindakan untuk dievaluasi sebelum dilaksanakan
4.
model
menyajikan pemberikan situasi masalah yang kompleks secara formal dan berstuktur
5.
model
mencerminkan pendekatan ilmiah untuk tidak menggantungkan diri pada intuisi
atau spekulasi
Kerugian
1.
menggunakan
model seringkali lupa bahwa model hanyalah abstraksi kenyataan, bukan kenyataan
itu sendiri
2.
faktor
kuantitatif seperti pengalaman dan penilaian diminimalkan atau dihilangkan
3.
proses
membuat model sering sukar dan mahal
4.
menggunakan
model sering enggan mengubah modelnya sehingga mengalami kesukaran dalam
melaksanakannya
5.
banyak
model yang menganggap bahwa situasi dunia nyata itu ‘linier’
Dengan adanya
kerugian model membuat pengguna model untuk lebih bersikap hati-hati.
Bagaimanapun model amat diperlukan dalam penelitian. Berikut beberapa model
penelitian komunikasi :
a1. Agenda Setting
Model agenda
setting mengasumsikan adanya hubungan positif antara penilaian yang diberikan
media massa pada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak pada
persoalan itu (Rakhmat 2012, h. 68). Griffin dalam Kriyantono (2012, h. 224)
menyatakan bahwa khalayak akan menganggap isu itu penting karena media
menganggap isu itu penting juga.
Stephen W.
Littlejhon & Karren Foss dalam Kriyantono (2012, h. 225) mengutip Rogers
& Dearing menyatakan bahwa fungsi agenda
setting merupakan proses linear yang
terdiri dari tiga bagian; (1) agenda media itu sendiri harus disusun oleh awak
media; (2) agenda media dalam beberapa hal memengaruhi atau berinteraksi dengan
agenda publik terhadap pentingnya isu, yang nantinya akan memengaruhi agenda
kebijakan; (3) agenda kebijakan (policy) adalah apa yang dipikirkan para
pembuat kebijakan publik dan privat atau pembuat kebijakan publik yang dianggap
penting oleh publik. Penelitian dengan model agenda setting harus memuat tiga unsur di atas.
Werner Severin
& James W. Tankard dalam Kriyantono (2012, h. 225) menyampaikan
dimensi-dimensi tiga agenda di atas :
1.
Agenda
media dimensi-dimensinya:
a.
visibilitas
(visibility), yaitu jumlah dan
tingkatan menonjolnya berita
b.
tingkat
menonjolnya bagi khalayak (audience
salience), yakni relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak.
c.
Valensi
(valence), yakni menyenangkan atau
tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa
2.
Agenda
publik, dimensi-dimensinya:
a.
keakraban
(faminiarity), yakni derajat
kesadaran khalayak akan topic tertentu
b.
penonjolan
pribadi (personal salience) yakni relevansi kepentingan individu dengan
ciri pribadi
c.
kesenangan
(favorability), yakni pertimbangan
senang atau tidak senang akan topik berita
3.
agenda
kebijakan
a.
dukungan
(support), yakni kegiatan
menyenangkan bagi posisis suatu berita tertentu.
b.
Kemungkinan
kegiatan (likelihood of action),
yakni kemungkinanpenerintah melaksanakan apa yang diibaratkan
c.
Kebebasan
bertindak (freedom of action), yakni
nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah.
Secara umum penelitian
agenda setting secara kuantitatif
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1.1
Model lain yang
lebih memfokuskan pada efek agenda media terhadap agenda publik disertai efek
lanjutan pada pada diri individu dengan memerhatikan kerakteristik individu,
disampaikan oleh Rakhmat (2012, h. 227), yaitu:
Gambar 1.2
Variabel
Media Massa
|
Variabel
Antara
|
Variabel
Efek
|
Variabel
Efek Lanjutan
|
-
Panjang
-
Penonjolan
-
Konflik(cara penyajian bahan)
|
-
Sifat Stimulus
-
Sifat Khalayak
|
-
Pengenalan
-
Salience
-
Prioritas
|
-
Persepsi
-
Aksi
|
Mengukur Agenda
Media
Variabel media
massa diukur melalui analisis isi kuantitatif. Analisis ini untuk menentukan
ranking berita berdasarkan panjangnya (waktu dan ruang), panonjolan tema berita
(ukuran headline, penempatan,
frekuensinya), konflik (cara penyajiannya).
Mengukur Agenda
Publik
Variabel angenda
publik (khalayak) dapat diukur melalui beberapa cara (Kritantono 2012, h. 227):
a.
meminta
self-report khalayak tentang
topic-topik apa yang dianggap penting oleh responden
b.
responden
diminta mengisi isu-isu apa yang penting ke dalam daftar isu-isu yang
disediakan peneliti
c.
responden
diberi data yang diseleksi peneliti dan responden diminta membuat ranking
mengenai penting tidaknya isu menurut persepsi responden
d.
paired-comparasion,
setiap
isu yang diseleksi sebelumnya dipasangkan denagn setiap isu yang lain dan
responden diminata mengenal setiap pasang dan mengidentifikasi isu mana yang
lebih penting
e.
sedangkan
variabal antara dan efek lanjutan ini adalah variable yang berpotensi
memengaruhi agenda publik.
Contoh:
1.
Menentukan
permasalah: “Apakah agenda media memengaruhi agenda publik?”
2.
Menentukan
kerangka pemikiran (kerangka teori), menjawab permasalahn secara teoretis.
Hipotesis
teoretis:
Agenda media memengaruhi agenda public
Definisi
konseptual:
Agenda media = isu-isu yang memperoleh
penonjolan dalam media
Agenda publik = isu-isu yang dianggap
publik sebagai isu-isu penting
3.
Menetukan
metodologi, unit populasi, sampel, dan metode pengukuran
Definisi
operasional:
Agenda media =
ranking isu yang diberitakan Kompas berdasarka frekuensi pemberitaan mengenai
isu-isu tersebut
Agenda publik =
ranking isu yang dinilai penting oleh publik, berdasarkan prosentase individu
yang mengatakan bahwa isu-isu tersebut penting
4.
Merumuskan
hipotesis:
“Semakin tinggi
ranking suatu isu dalam pemberitaan Kompas, semakin tinggi pula ranking isu
yang bersangkutan dalam penilaian khalayak, sebaliknya semakin rendah ranking
suatu isu dalam pemberitaan Kompas, semakin rendah pula ranking isu yang
bersangkutan dalam penilaian khalayak”.
5.
Menentukan
metode pengumpulan data:
Kerena ada dua
metode riset, yaitu analisis isi dan survey, maka terdapat pula dua metode
pengumpulan data yang harus dilakukan, yaitu dokumentasi (untuk mengukur agenda
media) dan survei khalayak kuesioner (survey khalayak).
6.
Menentuka
metode analisis:
Jelas menggunakan
metode ekplanatif karena karena menjelaskan minimal dua variabel.
7.
Korelasi
lebih dari dua agenda
Menggunakan
rumus Rho Spearman:
Dimana : a
= jumlah set ranking (dalam hal ini agenda yang diteliti)
S = total ranking yang diberikan untuk setiap
isu
N = Jumlah isu
b2.
Uses and
Gratification
Model ini tidak
tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri seseorang, tetapi ia tertarik
pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Anggota khalayak dianggap secara
aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Yang menjadi fokus pada
penelitian Kats, Blumer dan Geruvitch (Jalaluddin 2012, h. 65) ialah (1) sumber
sosial dan psikologis dari (2) kebutuhan, yang melahirkan (3) harapan-harapan
dari (4) media massa atau sumber-sumber lain, yang menyebabkan (5) perbedaan
pola terpaan media (atau terlibat dengan kegiatan lain), dan menghasilkan (6)
pemenuhan kebutuhan dan (7) akibat lain, bahkan seringkali akibat-akibat yang
tidak dikehendaki.
Gambar 2.1
Elemen-elemen
teori Uses & Gratification
Elemen “pola
terpaan media yang berlainan” pada teori Uses
and Gratification berkaitan dengan media
exposure atau terpaan media. Exposure
lebih dari sekedar mengakses media. Exposure tidak hanya menyangkut apakah
seseorang secara fisik cukup dekat dengan kehadiran media massa, akan tetapi
apakah seseorang itu benar-benar terbuka terhadap pesan-pesan media massa
tersebut.Exposure merupakan kegiatan mendengar, melihat, dan membaca
pesan-pesan media massa ataupun mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap
pesan tersebut.
Menurut
Rosengren (Kriyantono 2012, h. 209) media exposure (terpaan media) dapat
dioprasionalisasikan menjadi jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai jenis media,
isi media yang dikonsumsi, dan berbagai hubungan antar individu konsumen isi
media yang dikonsumsi atau dengan media keseluruhan.
Gambar 2.2
Model Uses &
Gratification
Salah satu
penelitian Uses & Gartification yang saat ini berkembang adalah dibuat oleh
Philip Palmgreen. Ia ingin melihat apakah khalayak puas setelah menggunakan
media. Konsep kepuasan ini disebut GS (gratification
sought) dan GO (gratification
obtained). GS adalah kepuasan yang ingin dicari atau diinginkan individu
ketika mengkonsumsi suatu jenis media tertentu. GO adalah kepuasan yang nyata
yang diperoleh seseorang setelah mengonsumsi suatu jenis media tertentu.
Mengukur GS dan
GO peneliti dapat mengetahui kepuasan khalayak berdasarkan kesenjangan kepuasan
(discrepancy gratification).
Indikator terjadinya kepuasan atau tidak sebagai berikut:
1.
Jika
mean skor GS>GO, maka media tidak memuaskan khalayaknya
2.
Jika
mean GS=GO, maka jumlah kebutuhan terpenuhi
3.
Jika
GS<GO, maka media memuaskan khalayak
Contoh:
1.
Judul
: “Perbedaan kepuasan pengguna internet pada situs Liputan6.Com dan
Seputarindonesia.com di Sidoarjo”
2.
Rumusan
masalah
a.
Apakah
ada kepuasan pada pengguna situs Liputan6.com dan Seputarindonesia.com?
b.
Apakah
ada perbedaan tingkat kepuasan pengguna internet pada situs Liputan6.com dan
Seputarindonesia.com?
3.
Tujuan
dan manfaat penelitian
4.
Tinjauan puataka
a.
GS à Media Use Internet à Persepsi mengenai GO
b.
Hipotesis
teoritis
5.
Metodologi
c3.
Content Analysis
Menurut Berelson
& Kerlinger analis isi merupakan suatu metode untuk mempelajari dan
menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif, dan kuantitatif terhadap
pesan yang tampak, sedangkan menurut Budd analisis isi adalah suatu teknik
sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat
untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari
komunikator yang terpilih (Kriyantono 2012, h.232).
McQuail
mengatakan bahwa tujuan dilakukan analisis isi pesan komunikasi (Kriyantono 2012,
h. 233):
-
mendeskripsikan
dan membuat perbandingan terhadap isi media
-
membuat
perbandingan antara isi media dengan realitas sosial
-
isi
media merupakan refleksi dari nilai-nilai sosial dan budaya serta sistem
kepercayaan masyarakat
-
mengetahui
fungsi dan efek media
-
mengevaluasi
media performance
-
menegetahui
apakah ada bias media
Penjelasan lain
mengenai tujuan analisis isi yang disampaikan Wimmer & Dominick dalam
Kriyantono (2012, h. 234), yaitu:
-
menggambarkan
isi komunikasi
-
menguji
hipotesis tentang karakteristik pesan
-
membandingkan
isi media dengan dunia nyata
-
memperkirakan
gambaran media terhadap kelompok tertentu di masyarakat
-
mendukung
studi efek media massa
Contoh
:
1.
Judul
= Analisis Isi Berita Harian Rakyat Merdeka
Permasalahan =
“Tema-tema berita apa saja yang dimuat Harian Rakyat Merdeka selama tahun
2005?”
Kerangka
pemikiran (kerangka konseptual)
(1)
Definisi
konsep “berita”
(2)
Landasan
menentukan oprasionalisasi konsep
2.
Metode
riset
-
Operasionalisasi
konsep
-
Populasi
dan sampling
-
Metode
analisis
d4. Rating Research
Rating research digunakan untuk mengetahui
jumlah khalayak (audience size)
(Kriyantono 2012, h.372). Audience size untuk media cetak bisa langsung
diperoleh dari sirkulasi sedangkan rating digunakan untuk media elektronik.
Riset rating akan menghasilkan banyak informasi mengenai media televisi dan
radio. Misalnya, untuk mngetahui program televisi apa yang paling banyak
ditonton oleh khalayak. Pada jam berapa orang paling banyak menonton televisi,
stasiun tv apa yang paling banyak penontonnya, dan sebagainya.
Beberapa metode
mengukur rating menurut A.C. Nielsen dalam Kriyantono (2012, h. 272):
a.
Audimeter
Alat modern yang digunakan untuk
mensurvei perilaku menonton tv dan mendengarkan radio khalayak. Audiometer
adalah pencatat elektronik yang bisa ditempelkan baik pada radio maupun
televisi serta melakukan pencatatan pada suatu pita (tape) apabila radio atau televisi dinyalakan atau bila
pemilihan-pemilihan suatu program.
b.
Channel Diaries
Meminta khalayak untuk mengisis atau
merekan aktivitas mengonsumsi media dalam sebuah buku harian.
c.
Phone interview
Menggunakan interview melalui telefon.
Sampel diminta untuk memberikan keterangan-keterangan terkait anggota rumah
tangga yang melihat televisi atau mendengarkan radio serta program dan pesan
apa yang dilihat dan didengar.
d.
People meter
Alat yang dikendalikan secara manual
yang mempunyai 8 tombol untuk keluarga dan 2 tombol tambahan untuk tamu.
Seorang anggota keluarga dan tamu harus menekan tombol numeriknya ketika ia
melihat program tertentu. Meter tersebut akan secara otomatis mencatat
program-program yang dipilih, berapa banyak rumah tangga yang menonton, dan
anggota keluarga mana yang hadir.
Contoh:
Menghitung rating
Stasiun TV
|
Rumah Tangga
yang Menonton
(Household
Viewing)
|
RCTI
SCTV
TransTV
Tidak menonton
|
1.000
1.500
850
1.650
|
5.000
|
Misalnya, data sampel dari total
populasi sebesar 100 juta rumah tangga yang menonton TV. Dari populasi dipilih
sampel sebanyak 5.000 rumah tangga.
Rating =
Rating RCTI : 20%
x 100 juta = 20 juta
Rating SCTV : 30%
x 100 juta = 30 juta
Rating TransTV : 17%
x 100 juta = 17 juta
House Using Television (HUT) atau Persons Using Radio (PUR)
a.
67%
dari seluruh rumah tangga mempunyai tv dan menonton salah sati dari tiga
stasiun televisi.
b.
HUT
= 0.67 x 5.000 = 3.350. formula yang sama dapat digunakan untuk populasi, yaitu
: 67% x 100 juta = 67.000.000 dari 100 juta rumah tangga (67%)
Audience Share
Adalah persentase dari HUT dan PUR yang
menyetel stasiun, channel atau
jaringan tertentu.
Share =
Audience Share RCTI :
Audience Share SCTV :
Audience Share TransTV : %
5. Jaringan
Komunikasi
Menurut
Kriyantono (2012, h. 319) analisis jaringan komunikasi bertujuan untuk
mengetahui bagian-bagian arus informasi terpolakan yang mengalir dalam
individu-individu pada sebuah sistem. Menurut Rogers & Kincaid (Kriyantono
2012, h. 320) mengatakan bahwa analisis jaringan komunikasi adalah sebuah
metode riset untuk mengidentifikasi struktur komunikasi dalam sebuah sistem, di
mana data yang berhubungan dengan arus komunikasi di analisis dengan
menggunakan tipe-tipe hubungan interpersonal sebagai unit analisisnya.
Sedangkan struktur komunikasi didefinisikan sebagai susunan dari elemen-elemen
yang berbeda yang dapat dekenal melalui satu pola arus komunikasi dalam suatu
sistem.
Analisis
jaringan komunikasi berbeda dari model komunikasi yang bersifat linear,
individu pasif dan bersifat terpisah. Pada analisis jaringan, proses komunikasi
bersifat sirkuler di mana terjadi pertukaran informasi antarindividu. Tidak
terlihat perbedaan yang tajam antara sumber dan penerima, sehingga arus
komunikasi terjadi antara partisan-partisan dalam suatu jaringan, masing-masing
bertindak sebagai pengirim dan penerima pesan.
Prosedur riset
jaringan komunikasi menurut Rogers & Kincaid dalam Kriyantono (2012, h.
232):
1.
Mengidentifikasi
klik-klik dalam keseluruhan sistem dan menetukan bagaimana pengaruhnya terhadap
perilaku komunikasi dalam sistem.
2.
Mengidentifikasi
beberapa penanan komunikasi yang terspesialisasi, seperti laison, bridge, dan
isolate.
3.
Mengukur
variasi struktur komunikasi (seperti hubungan-hubungan komunikasi) dia ntara
individu, diadi, jaringan interpersonal, klik-klik, atau keseluruhan sistem.
Sikap Parpol
Masalah :
“Apakah ada hubungan antara sikap
pemilihan pemula terhadap parpol dengan sikap orang tua terhadap parpol?”
Instrumen :
Sikap orang tua saya terhadap PAN?
a.
SS b. S
c. CS d. TS e. STS
Sampel
Dipilih 100
siswa SMU
Riset
di atas tidak valid karena ada dua alasan. Pertama, alat ukurnya tidak sesuai
dengan apa yang akan diukur. Kedua, sampel seharusnya mewakili pemilih pemula
dan orang tua.
Hipotesis
riset:
“Ada hubungan
antarasikap pemilihan pemula terhadap parpol dengan sikap orang tua terhadap
parpol”
“Tidak ada
hubunga antara sikap pemilihan pemula terhadap parpol dengan sikap orang tua
terhadap parpol”
Definisi
operasional:
Variabel
X (pengaruh/independen)
Sikap
orang tua terhadap parpol
Variabel
Y (terpengaruh/dependen)
Sikap
pemilihan pemula terhadap parpol
Instrumen:
Sikap
pemilihan pemula
-
Anda
memiliki referensi parpol dari orang tua
a.
SS b. S
c. CS d. TS e. STS
Sikap
orang tua terhadap parpol
-
Anda
adalah warga yang aktif dalam pemilu
a.
SS b. S
c. CS d. TS e. STS
Sampel:
100 siswa SMU
100 orang tua
siswa SMU
Kriyantono, R.
(2012). Teknik praktis riset komunikasi.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Rakhmat, J.
(2012). Metode penelitian komunikasi.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
good
BalasHapus
BalasHapusAdmin numpang promo ya.. :)
cuma di sini tempat judi online yang aman dan terpecaya di indonesia
banyak kejutan menanti para temen sekalian
cuma di sini agent judi online dengan proses cepat kurang dari 2 menit :)
ayo segera bergabung di fansbetting atau add WA :+855963156245^_^
F4ns Bett1ng agen judi online aman dan terpercaya
Jangan ragu, menang berapa pun pasti kami proseskan..
F4ns Bett1ng
"JUDI ONLINE|TOGEL ONLINE|TEMBAK IKAN|CASINO|JUDI BOLA|SEMUA LENGKAP HANYA DI : WWw.F4ns Bett1ng.COM
DAFTAR DAN BERMAIN BERSAMA 1 ID BISA MAIN SEMUA GAMES YUKK>> di add WA : +855963156245^_^