Minggu, 22 Maret 2015

Beberapa Istilah dalam Cultural Studies



1.      Code
Penggunaan code merujuk pada satu set tanda yang berdiri untuk tanda dan makna dari tanda tersebut (Barker 2004, h. 27). Artinya tanda memiliki kesatuan dengan maknanya. Dalam cultural studies, code dipahami sebagai sistem representasi dimana tanda dan makna dipengaruhi oleh budaya dan kebiasaan, bersifat stabil dan natural (Barker 2004, h. 27). Makna dari sebuah tanda merupakan hasil dari sebuah  budaya yang berlangsung secra tetap dan bersifat alamiah.
Contoh, code dalam lampu lalu lintas. Sebelumnya tidak ada peraturan universal mengenai lampu lalu lintas. Warna-warna dari setiap spektrum cahaya lampu diberi nama  seperti merah, orange dan hijau. Namun tidak ada hukum warna universal yang menyatakan bahwa saat lampu berwarna ‘merah’ harus berhenti, ‘kuning’ berhati-hati dan ‘hijau’ menandakan jalan. Ini merupakan code budaya lalu lintas yang menjelaskan tentang hubungan antara tanda dan makna. Dengan adanya kejelasan maka makna menjadi jelas (kita tahu kapan harus berhenti dan kapan harus jalan), ini merupakan hasil dari pembiasaan budaya.
Semiotika dan cultural studies berpendapat bahwa semua benda budaya menyampaikan makna dan praktik budaya. Oleh karena itu code mencakup segala macam praktik budaya (Barker 2004, h. 28). Contoh, pekerjaan rumah seperti mencuci dan memasak erat kaitannya dengan tugas perempuan dan laki-laki berkaitan dengan mesin atau pekerjaan berat. Contoh di atas merupakan code naturalisasi yang berusaha menjelaskan makna esensial dari laki-laki dan perempuan. Budaya ktritis berusaha untuk mengungkap naturalisasi dari makna.

2.      Intertextuality
Makna tidak memiliki arti yang tunggal tetapi merupakan hasil dari hubungan antar text, yaitu intertextualitas (Barker 2004, h. 101). Tidak ada makna denotative yang jelas dan stabil. Intertextuality merupakan perdebatan tanda yang terjadi pada saat postmodernisme.
Kristeva berpendapat bahwa intertextuality mengacu pada akumulasi dan generasi makna dimana semua makna tergantung pada makna lain yang dihasilkan atau digunakan  dalam konteks lain. Barthes juga menyatakan bahwa text tidak memiliki makna tunggal yang bersatu, melainkan tidak stabil dan tidak terbatas pada karya tunggal, kalimat atau teks tertentu.
-          Irigaray, Luce (1932)
Terkait dengan filsafat, linguistic dan psikoanalisis untuk melihat budaya patriarki dan pengecualian perempuan. Tradisi feminism, postructuralism, psikoanalisis.
-          Ironi
Berbatasan dengan penurunan marxisme, ironi dikatakan sebagaifitur dari postmodern. Richard Rorty merupakan pencetus dari konsep ironi dalam teoti sosial dan budaya. Rorty mengatakan dimana konsep tidak memiliki dasar yang universal. Konsep yang tidak memiliki sifat universal dapat di atasi menggunakan dasar nilai-nilai dan tradisi.
Ironi mendasari nilai sosial, budaya dan pluralism politik. Ironi dapat mengacu pada pengetahuan yang telah dikatakan atau dilakukan sebelumnya.

3.      Commodification
Proses yang berhubungan dengan kapitalisme dimana objek, kualitas dan tanda-tanda menjadi komoditas dan komoditas adalah barang yang tujuan utama untuk dijual (Barker 2004, h. 28). Cultural studies menyatakan bahwa komodifikasi budaya dimana industry budaya (orang dan makna) menjadi komoditas yang melayani kepentingannya. Marx menyebutnya sebagai fetisisme komoditas, barang-barang yang dijual kepasaran mengaburkan asal-usul komoditas.
Salah satu kritik utama dari commodification budaya adalah bahwa hal itu tidak hanya bentuk disiplin dari makna budaya tetapi juga mengubah ornag menjadi komoditas. Misalnya ‘tubuh langsing’ sebagai norma budaya bagi perempuan berpusat pada diet sebagai komoditas serta pemantauan diri. Budaya komoditas menawarkan produk-produk yang bisa mengatasi masalah diet.
Teori postmodern, Baudrillard menyatakan bahwa tanda-nilai telah diganti baik pengguna-nilai dan nilai tukar komoditas dalam budaya kontemporer. Ada budaya yang nilainya ditentukan melalui pertukaran makna simbolis daripada nilai kegunaan. Otoritas budaya terbentuk secara sosial dan nilai-nilai dan gaya hidup menjadi tuhuan dalam self-referensial dari kommoditas.
Barker, C. (2004). The sage dictionary of cultural studies. London: SAGE Publications Ltd.

1 komentar:




  1. Admin numpang promo ya.. :)
    cuma di sini tempat judi online yang aman dan terpecaya di indonesia
    banyak kejutan menanti para temen sekalian
    cuma di sini agent judi online dengan proses cepat kurang dari 2 menit :)
    ayo segera bergabung di fansbetting atau add WA :+855963156245^_^
    F4ns Bett1ng agen judi online aman dan terpercaya
    Jangan ragu, menang berapa pun pasti kami proseskan..
    F4ns Bett1ng

    "JUDI ONLINE|TOGEL ONLINE|TEMBAK IKAN|CASINO|JUDI BOLA|SEMUA LENGKAP HANYA DI : WWw.F4ns Bett1ng.COM

    DAFTAR DAN BERMAIN BERSAMA 1 ID BISA MAIN SEMUA GAMES YUKK>> di add WA : +855963156245^_^

    BalasHapus